Majikanku Dan Kedua Temannya (6) – After School & Happy Holiday Bang

“Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan tubuh mereka, aku panic karena mereka tidak bereaksi, tubuh mereka semakin dingin, bibir mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin lemah…
“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami tumpangi.
Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku tertembak atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.
(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)

Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan keluarga yang sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah kuburanpun masih tampak merah, semerah dendamku yang membara.
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat. Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi rumah mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih terbayang olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut keperawanan Tarida, Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat dan mulus.
*******************************
Tujuh minggu yang lalu

“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua Feilin.
“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.
“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana menjelaskannya.
“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk bisnisss… suami saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon kesaya sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri sihh!!!… urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik segala.. mahallll” Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.
“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena Nyonya Fonny mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal malah kena damprat. Baca lebih lanjut

Majikanku Dan Kedua Temannya (5) – The Prince of Freedom

Aku berjalan hilir mudik didalam jeruji besi, sudah berminggu-minggu aku susah tidur, isu-isu miring menyebar dari mulut para napi, tentang tiga orang gadis Chinese yang cantik, cute dan mulus, semula aku ikut bernafsu mendengarkan isu-isu miring ber-rated XXX, namun begitu aku mengetahui nama-nama ketiga gadis Chinese tersebut, kontan kemaluanku menciut lemas, selemas jantung dan tubuhku, waduh…!!! Apa yang dilakukan oleh ketiga gadisku didalam sini… kemarahanku membara ketika mendengarkan pelecehan-pelecehan seksual terhadap mereka, dasar gila !!! pamer paha , pamer dada, memangnya lagi musim pameran !!!!. Belum lagi ada isu panas terbaru , sigemuk merencanakan sebuah scenario kejam, para gadisku akan disuguhkan sebagai santapan empuk para napi yang kelaparan di Blok D. Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus menghalangi rencana busuk sigemuk.
Oo iya, didalam penjara aku bertemu kembali dengan bekas gang-ku,walaupun secara fisik mereka sudah berbeda akibat penganiayaan yang dilakukan oleh warga sekampung waktu kami tertangkap dulu namun, mereka masih tetap sahabatku yang paling setia, mereka begitu kaget ketika melihat Aku masih hidup, karena pada saat kami ditangkap, aku dibakar massa ,kemudian diceburkan ke dalam sungai yang sedang mengamuk karena hujan deras. sekilas inilah Profile Para sahabatku:
1.) Rhoni (bertubuh gemuk berlemak, tinggi, sekujur tubuhnya penuh bekas luka, karena dianggap tidak membahayakan Rhoni kini diangkat sebagai asisten tukang sapu diLP, duh kasian amat sih..)
2.)Amin (wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah hancur mengerikan akibat dibakar warga) ,
3.) Sam (bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang satu lagi udah Alm. Waktu digerebek dan dianiaya oleh warga).
4.) Fadil (tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan).
5.) Jo ( wajahnya tetap Jo,tapi Cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram air keras ,)
6.) Nick (Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang cacingan).
7.)Shad (Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip Frankenstein).
8.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.
9.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan.

Para sahabatku bertubuh tinggi besar , Kuat, apalagi kalau sudah urusan sex… Baca lebih lanjut

Majikanku Dan Kedua Temannya (4) – The Gangbang

Hari demi hari berlalu , kemudian minggu demi minggu berlalu semenjak aku memperawani Tarida, Nia dan Feilin. Sikucing liar Feilin yang sudah terbius oleh nafsu birahi selalu memberikan servicenya yang selama ini belum pernah membuatku kecewa, Namun semenjak peristiwa pemerkosaan yang terjadi atas diri Tarida dan Nia, mereka berdua selalu menolak jika Feilin mengajak Tarida dan Nia untuk pulang besama-sama, tampaknya mereka berdua berusaha menjauhiku, padahal dimana salahku!! aku hanya mengajak mereka berkelana dilautan birahi, itu saja tidak lebih dan tidak juga kurang, hasratku untuk kembali menikmati tubuh Tarida dan Nia semakin menggebu-gebu, halusnya kulit mereka, mulusnya body mereka yang kencang, dan peretnya lubang Vagina mereka membuatku selalu tersiksa dalam khayalan yang semakin lama semakin berontak memintaku untuk segera mencetuskan dan merealisaskian “undang-undang” bercinta dalam kobaran nafsu.

Dengan langkah yang pasti aku menaiki anak tangga disekolahan itu, pada saat itu hanya ada beberapa anak sekolahan yang dengan terburu-buru ngacir pulang kerumah masing-masing, tujuanku adalah kelantai empat tempat dimana Tarida , Nia dan Feilin menuntaskan mata pelajaran praktikum fisika. semakin lama aku semakin mendekati lantai empat, suasana disana sepi dan hening, dari kejauhan aku melihat tiga sosok gadis cantik yang sudah sangat kukenal, perlahan-lahan aku mendekati mereka, baru saja aku hendak menampakkan diri tiba-tiba, pintu ruangan disisi mereka terbuka “Ehh… kalian belum pulang ?” Sosok pria itu menegur para gadisku, “Belum pak…. Lagi beres-beres dulu….” Tarida menjawab. “Ya sudah kalau begitu bapak pulang dulu….”sahut sipria yang sepertinya bertitel pak guru. Sebelum pak Guru melanjutkan langkahnya, mata Guru yang nakal melirik paha Nia yang pada saat itu duduknya sembarangan… kemudian pura-pura memandang kearah lain. “huh menyebalkan dasar kadal…” makiku dalam hati, kalau aku sih sudah kelas buaya, sukses memperawani ketiga siswi Chinese yang cantik dan mulus.
Setelah yakin keadaan aman aku menampakkan diriku “Halo manissku!” Baca lebih lanjut

Majikanku Dan Kedua Temannya (3) – The Fall of Three Virgin

Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan perawan lagi, dihadapan mereka berdua aku hanya main luarnya saja namun jika mereka berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan kenikmatan dan kehangatan dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah dalam rintihan dan jeritan-jeritan birahi yang binal, dunia seks yang kukenalkan pada Si kucing liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari jati dirinya, keliaran dan kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara terasa dingin , diluar hujan turun dengan begitu deras, disebuah rumah kontrakan inilah aku tinggal, dan selama seminggu ini pertarungan yang hebat selalu terjadi didalam hatiku, namun lama-kelamaan sisi baik didalam diriku semakin kabur , seperti matahari pagi yang hangat ditelan oleh gelapnya malam yang pekat , dingin tanpa sinar sedikitpun. Aku tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam pikiranku hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran kotor dan mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok batang kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam gelapnya malam.
Mataku mendadak terbuka, ada senyuman dibibirku, akhirnya hari yang kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu Aku selalu menjemput Feilin lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku kedalam mobil agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang mulus dan hangat.
“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….”seorang pengamen mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu sikupu-kupu malam, “Ini hidup wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”Sang pengamen terbatuk-batuk ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin keatas, petikan gitarnya mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya melotot melihat kemulusan paha Feilin.
Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus , sementara lampu setopan berganti warna hijau, Aku segera menginjak gas meninggalkan sang pengamen yang masih bengong. “Ditttttt…Dittttt… Ditttt!!!” Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil kulihat rupanya sang pengamen masih bengong ditengah jalan, sementara Feilin buru-buru merapihkan Rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku melihat jam tanganku, masih menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam tua memperhatikan kami dengan mata yang masih mengantuk disekolah,ia sepertinya tidak curiga dengan kedatangan kami yang terlalu pagi. Aku segera memarkir mobil dilapangan parkir yang masih sepi, baru juga aku mematikan mesin mobil sikucing liar Feilin menerkamku, mulutnya mengulum bibirku, aku membalas mengulum bibirnya yang mungil. Baca lebih lanjut

Majikanku Dan Kedua Temannya (2) – Feilin, Si Kucing Liar

Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.

Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak. Baca lebih lanjut

Majikanku Dan Kedua Temannya (1) – Awal Permainan

Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.

“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin. Baca lebih lanjut