“Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan tubuh mereka, aku panic karena mereka tidak bereaksi, tubuh mereka semakin dingin, bibir mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin lemah…
“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami tumpangi.
Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku tertembak atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.
(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)
Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan keluarga yang sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah kuburanpun masih tampak merah, semerah dendamku yang membara.
Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat. Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi rumah mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih terbayang olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut keperawanan Tarida, Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat dan mulus.
*******************************
Tujuh minggu yang lalu
“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua Feilin.
“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.
“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana menjelaskannya.
“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk bisnisss… suami saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon kesaya sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri sihh!!!… urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik segala.. mahallll” Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.
“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena Nyonya Fonny mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal malah kena damprat. Baca lebih lanjut